Two way monologue

Kan! Beda visi beda cara pandang akan seluruh hal yang ada, ujung2nya cuma ngomong sendokir2 walau yang ngeliat nyangka 'kami' lagi dialog. Nyatanya, sang oknum ngomong apa~ gwnya mikirin apa~ sama sekali nggak ada kesinambungan. Hags.. Kurang ajar emang. Tak sopan. Sang oknum tetep keukeh sama omongannya sementara gw cuma diem--sama sekali nggak minat buat nanggepin karena ujung2nya cuma berakhir sama debat nggak penting bin nggak mutu.

Jujur, sama sekali nggak ada minat untuk memperbaiki monolog dua arah ini. Kehilangan minat, lebih tepatnya. Kenapa? Tanya si oknum yang nggak bisa menghargai dan selalu merendahkan pandangan hidup gw. Nggak cuma itu, pikirannya yang kolot juga bikin argh!! Jadi? Dia kan yang buat jarak. Kalau dah gitu, kenapa gw harus usaha dan pura2 bahwa jarak yang udah Dia ciptain itu nggak ada?

Syahahahaha!
Dia yang mulai, bukan gw. Dia yang nyiptain jarak, bukan gw. Dia yang buat gw antipati, bukan gw yang bermaksud songong.

Atas keinginannya, monolog dua arah akan terus ada, Kawan!

0 komentar: