Kenapa Harus Ada Alasan?

Sekian puluh menit yang lalu, gw baru aja nemuin seseorang di salah satu fakultas di UI. Yang akar pertemuannya Cuma dari chit-chat absurd di Y!M—yang membawa gw melangkahkan kaki buat nemuin yang bersangkutan. Sampai sana, basa-basi lah seperti biasa selama beberapa lama hingga pembicaraan yang lumayan berbobot daripada sekedar say Hi sebelumnya. Dan pada satu topik, gw dibuat diam sama yang bersangkutan karena pertanyaannya.

“Gw heran. Kok lo masih mau temenan sama dia sih?”

Gw ga jawab. Gw cuma senyum bego aja kek biasanya. Untungnya, dia ga pernah nuntut jawaban, meski dia sempet geleng-geleng agak ngeremehin keputusan gw itu. Gw tetap berkeras untuk ga jawab sampe kami pisah pada akhirnya.

Tapi ternyata, efek dari pernyataan tadi ga berakhir sampe pisahnya gw sama orang itu. di jalan gw masih terus mikirin tuh perkara. Dan imbasnya gw jadi menyangkutpautkan pertanyaan tadi sama si oknum yang bersangkutan.

Sampai sekarang gw sendiri gatau mau nyebut hubungan gw sama dia itu apa. Teman? Sebut saja begitu—kalau dipandang dari sudut awam yang sambil lalu. Nyatanya, hubungan ‘kami’ ga sesimple hubungan pertemanan biasa, dari sudut pandang gw pada khususnya. Ada rasa segan yang terlalu besar dari gw ke orang itu. Segan kalau sampai gw sedikit aja berbuat atau berkata salah dan ujung-ujungnya ngebuat dia tersinggung. Gw gamau kejadian kek gitu, jujur aja. Karena gw tertarik sama dia, gw mau tau lebih banyak soal dia. Dalam artian serta alasan entah apa, gw juga ga paham.

Intinya mungkin: gw mau tetap menjaga hubungan baik sama yang bersangkutan supaya bisa tau dia lebih jauh lagi. Dan karenanya, gw menjadi teramat berhati-hati dalam bersikap ke yang bersangkuatn untuk bisa ada di zona yang bisa dia terima.

Pura-pura dangan ga jadi diri sendiri? Entah. Mungkin hanya terlalu menahan diri, bukannya bersikap munafik. Untuk apa? Sebagian hal mungkin dah terjabar sebelumnya. Tapi pada dasarnya, ada hal lain yang ngebuat gw terlalu menjaga sikap sama yang bersangkutan. Mungkin, ini juga jawaban yang sama saat gw ditanya kenapa gw masih mau temenan sama seseorang yang sempat kami bahas tadi. Sederhana aja, gw sayang sama dua oknum itu. Ga ada alasan lain. Yap, ga ada. Lagian, emangnya harus ada alasan ya buat bisa temenan?

Tentang Dia

Aku tak merasa kalah dalam penantian ini

Aku hanya merasa lelah yang teramat sangat

Setelah mengurung hatiku dalam cinta yang tak pernah terjawab

Aku seperti sesusuk duri yang tak pernah kusadari seberapa dalam meninggalkan luka perih

Menikmati sakitnya sampai tak terasa lagi luka telah mengalirkan darah

Begitu dalamnya luka menghujam hingga tak bisa kubedakan lagi mana tangis, mana tawa

Dua-duanya telah jadi satu dalam butiran nelangsa

Terbata dalam kata,tertatih dalam jejaknya

Dan tersia-sia tanpa rekah bahagia

Mungkin aku memang belum kalah, tapi yang pasti aku mulai lelah

Membawaku pergi menjauh dari hatimu

Perlahan tapi pasti

Tertahan tapi tak punya daya aku tuk kembali

Aku mungkin telah pergi, tapi aku tak pernah berlari darimu


*beneran ngutip dari tentang dia loh =))=))