Gw ya...gw

Gw bukan pekerja seni yang dikenal karena hasil karyanya
Gw bukan filsuf yang dikenal karena hasil pemikirannya
Gw bukan si pandai yang bisa membagi ilmu untuk orang banyak
Gw bukan anak bangsawan yang bisa membagi-bagikan materi yang gw punya
Gw bukan si bijak yang bisa ngasih petuah ke orang-orang dengan kata-kata yang menyejukkan
Gw adalah gw
Si orang dengan ego tinggi yang jarang mau ngalah
Si orang dengan sedikit kesabaran yang sangat gampang terpancing
Si orang dengan pemikiran pendek yang sering salah langkah
Si orang bertabiat bocah yang selalu bermanja-manja
Hanya seonggok daging yang bernama
Tapi
Gw tau, gw punya tempat untuk pulang
Tempat dimana gw bisa diterima
Tempat dimana gw diakui
Sebagai seseorang
Tanpa embel-embel apapun yang gw punya
Bukan
Bukan keluarga
Bukan mereka yang selalu menuntut ini itu dari gw
Tapi mereka yang nerima gw
Apa adanya
Karena gw adalah gw

Tulisan = Permainan Kata

Debat guoblok yang nggak bakal berujung kalau oknum2nya tetep ngotot n nggak ada yang mau ngalah, kejadian lagi beberapa waktu lalu. Tepatnya Jum'at malam, 1 Mei 2009, di mushala kelurahan Cempaka Putih Barat, beberapa kali gegulingan dari bangunan bernama SASKRI. Debat kusir bego yang berawal dari notes FB yang gw dapet dari temen2 net gw--yang inti debatnya ngebahas tentang kejujuran suatu tulisan. Gw pribadi mah percaya kalau tulisan bisa ngewakilin sifat seseorang. Yaiyalah, secara gw juga bergelut di komunitas net yang bisa dibilang, sangat mengandalkan tulisan buat saling kenal satu sama lain. Walau nggak disadarin atau apa pun, tulisan itu nggak bisa ngebohongin apa yang lagi dipikirin sekaligus dirasain sama penulis--entah pas lagi buat cerita atau pun lagi ngeblog. Walaupun emang cuma 'bermain kata', kebencian atau kesombongan atau kepolosan seseorang sekali pun bisa diwakilin dari tulisan yang dia buat. Hal itu yang gw percaya dengan teramat sangat karena emang kek gitu yang gw alamin.

Tapi, lain gw lain Obo. Buat dia, tulisan itu sumber dari segala kesalahpahaman. Buat Dia, nilai kejujuran seseorang itu bukan dari tulisan yang ia hasilkan, tapi dari cara dia ngungkapinnya secara langsung--nada suara, penekanan, volume--dan sorot matanya sekaligus tiap gerak yang orang itu buat. Tulisan yang jujur itu, tulisan yang nggak akan pernah dipublikasikan dan akan langsung dimusnahin tepat setelah tulisan itu selesai. Semua pikiran yang ditulis tanpa sadar sekaligus nggak akan dicemari oleh pemikiran si penulis dan segala praduga yang dia punya.

Hmm.. Gw si setuju2 ajah sama pendapatnya Obo. Bisa jadi emang kek gitu. Menilai seseorang nggak bisa plek, gitu aja dari tulisannya. Bukan nggak mungkin si penulis terlalu berlebihan dalam mengungkap sesuatu--terlalu didramatisir, mungkin. Mengumbar emosi sesaatnya pada saat itu secara over--yang Dia pikir Dia itu kek gitu. Penilaian sepihak dari si pribadi penulis. Seenaknya kalau gw bilang. Emang sih, orang yang kenal diri kita ya kita sendiri. Tapi... Ke mana sama penilaian orang lain, yang tanpa sadar bisa tahu sifat2 kita tanpa disadari. Kan manusia hidup di lingkungan sosial. Mau seintrovert apapun tuh orang, Dia hidup di tengah masyarakat--lain soal kalau tuh oknum tinggal di Hutan. No comment dah gw. Semantap apapun topeng yang Dia pakai, nggak semua orang kek gw yang kagak ada peka2nya, masih banyak orang kek Della, Obo, bahkan pelatih gw yang bisa ngebaca sifat orang.

Permainan kata, jujur apa nggak, nggak ada yang tau. Tersinggung? Urusan kalian yang buang waktu buat baca. Gw hanya bermain kata, dengan segala pemikiran sok tau dan beberapa bumbu praduga. Ribet? Urusang gw lah itu,

Zona abu-abu, Dude. Biar bagaimana pun, tatap mata tetap menjadi suatu kewajiban buat orang kek gw.