Two way monologue

Kan! Beda visi beda cara pandang akan seluruh hal yang ada, ujung2nya cuma ngomong sendokir2 walau yang ngeliat nyangka 'kami' lagi dialog. Nyatanya, sang oknum ngomong apa~ gwnya mikirin apa~ sama sekali nggak ada kesinambungan. Hags.. Kurang ajar emang. Tak sopan. Sang oknum tetep keukeh sama omongannya sementara gw cuma diem--sama sekali nggak minat buat nanggepin karena ujung2nya cuma berakhir sama debat nggak penting bin nggak mutu.

Jujur, sama sekali nggak ada minat untuk memperbaiki monolog dua arah ini. Kehilangan minat, lebih tepatnya. Kenapa? Tanya si oknum yang nggak bisa menghargai dan selalu merendahkan pandangan hidup gw. Nggak cuma itu, pikirannya yang kolot juga bikin argh!! Jadi? Dia kan yang buat jarak. Kalau dah gitu, kenapa gw harus usaha dan pura2 bahwa jarak yang udah Dia ciptain itu nggak ada?

Syahahahaha!
Dia yang mulai, bukan gw. Dia yang nyiptain jarak, bukan gw. Dia yang buat gw antipati, bukan gw yang bermaksud songong.

Atas keinginannya, monolog dua arah akan terus ada, Kawan!

....

Ah.. Setelah sekian lama, akhirnya gw pengisengan baca2 segelintir reppan 'bermutu' lagi, blog walking lagi, dan terenyuh lagi. Sungguh, gw salut untuk mereka yang diberi kelebihan untuk menulis--kepandaian mereka dalam merangkai kata. Dari tiap kata yang bersambung itu, mereka bisa ngungkapin tentang dirinya, tentang orang lain dan tentang cara pandang mereka. Salut--sekaligus iri. Yeaps, gw bukan salah satu dari mereka. Gw nggak punya kemampuan itu. Jangan pernah mulai membandingkan karena hanya akan berujung sia-sia--tulisan gw nggak mutu, titik.

Hueh~ sumpah gw mau sampe ke tahap itu, jujur lewat tulisan. Tapi kenyataannya? gw cuma bisa bikin spam, junk, dan segala komentar plus kritik sok tahu, ngerasa paling bener yang ujung2nya cuma ngebuat kesalahpahaman. Gw mau mencoba untuk jujur dalam tulisan gw, tanpa ada unsur sok tahu, tanpa ada suatu sisi yang gw tutupin karena kegengsian gw yang teramat sangat untuk ngungkapin siapa diri gw dan apa yang gw rasain. Gw belum mencapai tahap itu. Gw masih sok tahu. Gw masih belum jujur. Gw masih berpraduga.

Seseorang--atau mungkin beberapa gelintir orang, menyadarkan gw akan hal itu. Tulisan gw kadang suka berlebihan dan mancing kesalahpahaman plus masih diselimuti kebohongan. Langsung, cara penyampainnya--bukan lewat media tulisan seperti yang banyak dimanfaatkan banyak orang saat ini. Pas denger pernyataan itu, gw diem beberapa saat, tersenyum pada seorang dan berkilah pada yang lainnya--pembelaan diri ringan. Menelaah dan akhirnya menyadari, mereka benar. Dan sebuah cengiran menghias wajah kami pada saat itu.

Menyebalkan, memang. Tapi mereka benar--membuat gw, dibantu dengan mereka tentunya, mencapai pada suatu kesimpulan, bahwa gw 'jangan' mengungkapkan pendapat serta perasaan yang lagi bener2 gw rasain lewat tulisan. Resiko akan timbulnya kesalahpahaman teramat besar, soalnya. Yeah, mereka menyadari gw yang udah terlena sama fasilitas macam Y!M dkk untuk berkomunikasi secara serius. Nyatanya, untuk hal yang satu itu, gw gagal, total. Di awal, mayan sering kejadian salah paham gara2 kami nekat ngebahas sesuatu via Y!M--bahkan sempet ada yang sampe perang dingin. Cemeh sebenernya tuh alasan, kesalahpahaman. Hal yang kalau diucapin secara langsung sebenernya hanya akan menjadi hal yang lewat sambil lalu gitu aja.

Nggak seperti kebanyakan orang yang pandai mengungkapkan sesuatu lewat tulisan, gw ini parah banget nransfer apa yang lagi gw rasain dalam bentuk tulisan. Makanya, setelah kejadian itu, gw menghindari dialog serius lewat tulisan--takut salah paham, karena gw payah. Kalau mau tuker pikiran, mending secara langsung aja, gw takut salah ngetik yang ujung2nya malah bikin kesel--yang nggak bakal bisa diapa2in lagi mengingat media yang bisa ngewakilin cuma rangkaian kata. Gw butuh segala aspek non-verbal lainnya, kalian juga butuh itu saat berdialog dengan gw. Karena gw bukan tipe orang yang bisa mengungkapkan sesuatu lewat tulisan, tapi lewat perkataan--itu juga perlu dibantu dengan segala gerak nggak pentging lainnya plus nada bicara gw.

Dan kenapa gw nulis saat ini? Padahal gw udah ngejabarin sebelumnya kalau gw payah dalam penyampaian lewat tulisan, sok tahu, dan nggak jujur. Jadi, anggep aja gw nekat. Sekalian mau ngingetin, walau seseorang pernah bilang cara nilai orang itu dari tulisan yang dia buat, jangan pernah nilai gw dari tulisan yang gw buat--karena gw cuma bocah sok tahu dalam dunia tulis menulis